Allah telah menciptakan alam semesta ini berupa darat, laut dan angkasa (langit) beserta segala isinya untuk kepentingan kehidupan manusia. Manusia sebagai pengelola (khalifah fil ardi) terhadap semua sumber daya yang ada itu hendaklah menurut ketentuan Allah bukan berdasarkan hawa nafsunya semata. Sumber daya yang ada harus dimanfaatkan secara bijaksana agar tidak merusak keseimbangan yang telah digariskan oleh Allah. Bila keseimbangan alam dirusak oleh manusia, maka manusia itu sendiri akan memanennya, misalnya panen banjir, longsor dan lain sebagainya.
Sebagaimana Firman Allah Subhanahu wata’ Allah dalam surah Ar-Rum[30] ayat 41: “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”
Sadarkah kita terhadap segala perbuatan yang dilakukan selama ini. Apakah sudah memenuhi ketentuan Allah ataukah sudah tidak lagi berada alam ruang Ilmu Allah? Mari kita introspeksi diri (menghitung diri), hisablah diri kita sebelum Allah yang mengisab kita. Bila kita tidak berada pada ruang (jalan) Allah, maka Allah tidak akan memberikan ganjaran (amal) baik bagi kita. Semua tergantung pada manusia itu sendiri mau memilih jalan mana? Allah telah memberikan dua jalan kepada manusia (rujuk al-Qur’an surat al-Balad [90] ayat 10), yaitu jalan baik (khairun) dan jalan buruk (syarrun)—qadruhu khairuhu wa syarruhu minallahi (al-hadits).
Bila kita menurut jalan khairun, maka kita akan dimasukkan ke surga (jannah) seperti Firman Allah subhanahu wata’ allah ini: “Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: "Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu." Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada istri-istri yang suci dan mereka kekal di dalamnya.” Rujuk ke al-Qur’an surah al-Baqarah[2] ayat 25, untuk surah dan ayat lainnya silakan rujuk ke al-qur’an dan al-hadits.
Sebaliknya, bila kita mengikuti jalan syarrun, maka kita akan dimasukkan ke neraka (narrun) seperti Firman Allah subhanahu wata’ allah: “(Bukan demikian), yang benar, barang siapa berbuat dosa dan ia telah diliputi oleh dosanya, mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” Rujuk ke al-Qur’an surah al-Baqarah[2] ayat 81, untuk surah dan ayat lainnya silakan rujuk ke al-qur’an dan al-hadits.
Secara singkat bahwa Allah menawarkan dua jalan kepada kita, mau pilih yang mana? Semua terserah kita, dipersilahkan memilih tidak ada paksaan dari Allah.
Untuk itu, marilah kita membuka, membaca, memahami makna (terjemahan/tafsir) al-qur’an dan mengakhirinya dengan mewujudkan apa saja yang telah diketahui melalui keseharian hidup kita. Amin ya rabbal ‘alamin.
Kebenaran hanyalah dari Allah, kehilafan atau ketidaktahuan berasal dari saya.
Johor, 09 Juli 2010 pada 01:11.
Al-faqir dari Ilmu Allah,
Samsuryadi Sahmin.
17 Juli 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
Ilmu disini maknanya apa pa? Mohon penjelasannya. Trim's
Posting Komentar